Sampai kapan semua ini akan berakhir?

Tinggal ditengah ibukota yang penuh dengan berbagai tawaran tidaklah mudah untuk Mira, seorang gadis belia 16 tahun yang juga berasal dari keluarga ekonomi bawah. Tinggal dalam ruangan sempit 4x4meter dan harus ditempati bersama ibu ayah dan keempat adiknya yang masih kecil.



Namun ditengah kesulitan ekonomi yang melilit, mira masih tetap bisa bersekolah walau seringkali orangtua dipanggil kesekolah karena terlambat berbulan-bulan membayar spp. Maklum saja, program sekolah gratis yang ditawarkan pemerintah tidak berlaku di sekolah mira, entahlah apa mungkin karna memang tidak pernah ada program itu atau sudah di manipulasi pihak sekolah. Yang pasti semua harus tepat waktu dan itulah yang kerap menjadi masalah dalam keluarga mira.   


Ayah yang hanya bekerja sebagai pemulung tidaklah punya pendapatan yang banyak, ibu kadang-kadang membantu ayah bekerja namun seringkali terhambat oleh sakit TBC yang diderita ibu sejak remaja. Keadaan terhimpit seperti inilah yang membuat mira terpaksa mencari pekerjaan yang mau menerima seorang lulusan smp seperti dirinya.


Berbekalkan ijazah SMP mira berkeliling berjalan kaki mencari pekerjaan. Dirinya berhenti pada sebuah panti pijat tradisional yang sedang mencari tenaga pijat professional. Mira memang bukan seorang ahli pijat professional tapi untuk urusan pijat dia sudah banyak berlatih mengurus ayah ibunya saat mereka sedang letih. Akhirnya mira masuk dan bertanya tentang lowongan kerja itu pada seorang wanita yang duduk dibelakang meja diruang tunggu yang tidak begitu besar.


Wanita itu memandang penuh teliti kearah mira selayaknya mesin X-ray yang dapat melihat tembus sampai kedalam. Dia mempersilahkan mira duduk dikursi yang telah tersedia didepannya, dengan gaya yang sedikit kikuk mira pun duduk.
“bisa pijet?” wanita itu bertanya pada mira dan dibalas dengan anggukan kecil oleh mira.
“hmm, bisa mulai hari ini?”pertanyaan kedua terlontar dari mulut wanita itu yang tentu saja membuat mira terkejut. Segampang inikah mencari pekerjaan, pikir mira dan buru-buru mengangguk pada wanita itu.
“tapi saya mulainya setelah sekolah gak apa-apa yah bu?”
“gak apa-apa, sekarang kamu ke belakang dan ganti baju. Saya gak mau pelanggan saya ngeliat saya memperkerjakan anak sekolah. Bisa-bisa saya dituntut sama mentri tenaga kerja”. 


     Wanita itu bangun dari duduknya dan mengiring mira ke ruang belakang yang melewati beberapa ruangan yang telah disekat-sekat. Mira ditunjukkan kepada beberapa wanita yang juga bekerja ditempat itu. Mereka hanya mengangkat wajah sebentar dan kembali sibuk dengan apa yang sedang mereka kerjakan. 


     MInggu pertama mira bekerja semuanya berjalan normal. Pelanggan mira kebanyakan ibu-ibu atau wanita-wanita perkantoran dan itupun mira dipanggil kerumah mereka. Mira semakin senang dengan pekerjaan barunya, apalagi dia sudah bisa membayar uang sekolahnya tepat waktu dan bisa membeli makanan untuk keluarganya. Ibu dan ayahnya semakin bangga padanya walau kadang ada sedikit rasa khawatir pada diri orangtuanya, maklumlah mira masih sangat muda.


       Satu bulan berjalan dengan baik, sampai pada awal bulan kedua wanita yang memperkejakan mira memberi sebuah alamat pada mira dan menyuruh mira untuk mandi dulu sebelum pergi. Tidak seperti biasanya tapi mira tetap melakukan seperti apa yang diperintahkan. Setelah selesai bersiap mira pergi ke alamat  yang tadi diberi padanya dan dengan mudah alamat itu ditemukan. Sebuah bangunan besar dengan pagar menjulang tinggi didepannya, segera dia mencari bel dan memencetnya. Dari dalam terdengar suara anjing dan langkah orang mendekat untuk membuka pintu pagar tersebut. Mira digiring masuk kedalam rumah besar itu, melewati ruang tamu yang dipenuhi replika-replika binatang buas dan membuat mira berdecak kagum. Baru kali ini dia mendapat pelanggan yang kaya raya seperti ini.


     Mereka berhenti didepan sebuah kamar yang pasti merupakan kamar sang tuan rumah. Sang pria yang tadi membukakan pintu pagar untuk mira mengetuk pelan pintu kamar itu dan membuka perlahan serta menyuruh mira masuk kedalam. Tanpa ragu mira masuk kedalam dan mulai mengeluarkan peralatan pijatnya dan siap bekerja. Seorang pria besar keluar dari kamar mandi pribadinya hanya dengan mengenakan handuk dibagian bawah tubuhnya. Pria itu berjalan menuju mira dan memeluk mira yang hanya bisa diam dan takut melawan. Tangan pria itu mulai bergerlya melucuti pakaian mira satu-persatu hingga hanya tersisa pakaian dalam yang menutup tubuh kecil mira. Dengan penuh ketakutan dan gemetar mira berusaha menutup tubuhnya dengan tangan tapi dengan cepat pria itu sudah berhasil membuat mira kaku tak berdaya dan hanya bisa menahan sakit saat pria itu menidurinya. 


     Setelah semuanya dengan santai pria itu melemparkan seikat uang seratus ribuan ke tubuh mira yang polos dan berjalan masuk ke kamar mandi. Mira yang kesakitan berusaha bangun perlahan dan memakai pakaiannya satu-persatu dan melangkah keluar dari kamar itu. Dalam perjalanan pulangnya mira terus melihat seikat uang ditangannya. Tidak lagi dia merasa bangga mendapatkan uang sebanyak itu, dia merasa terhina tapi hidup ini begitu sulit sehingga mira tak ingin terus menangisi dirinya yang telah ternodai.
1 tahun sudah mira bekerja pada panti pijat itu, ekonomi keluarganya pelan-pelan membaik namun mira masih harus membayarnya dengan perasaan terhina dalam dirinya. Sampai kapan semua ini harus berakhir? Pertanyaan itu terus menerus terbang dalam pikiran mira. Menyesali takdir bukan jawaban semua pertanyaan tapi terus maju dengan yang sudah tersedia itulah yang harus dilakukan walau dengan penuh air mata.




Jakarta 28 maret 2011

Comments

Popular posts from this blog

Beberapa sendok susu dengan sedikit kopi..

YES, IAM A LUCKY BASTARD!!

Jejaka-jejaka bercelana gantung yang Tuhan kirim