El Pueblito dan Pondok Bambu punya rindu yang sama

Get The Gringo. Film keren yang sudah 4 kali saya tonton tapi belum juga merasa bosan. Kisah perjalanan seorang perampok yang akhirnya ditempatkan dalam sebuah penjara meksiko. Banyak cerita -cerita tentang perampokan sebenarnya. Tapi yang satu ini benar-benar bikin saya WOW!!

Bukan seorang  mel gibson yang buat saya terperangah, tapi cerita tentang kehidupan di balik tembok tinggi itulah yang menarik buat saya. 
Dan yang pertama keluar dari mulut saya adalah "ini penjara?".
Well saya tidak hendak meriview sebuah film disini, hanya saja menjadi terkait dengan apa yang baru saya alami.


Am I in Jail? no..tapi teman saya.


Semua orang Indonesia kenal dia. Segala sebutan ada buat dia.
Apriani Susanti, pelaku tabrakan maut Tugu Tani awal tahun 2012 ini.
Hari ini pertama kalinya saya sempat menjengguk Apri di Rutan Pondok Bambu. Jujur, ini pertama kalinya saya melihat suasana penjara dari dekat. Saya tidak bisa menyimpulkan juga didalam menyenangkan atau tidak. Tidak adil buat mereka disana.


Pengunjung hari ini lumayan ramai, akhir pekan pastinya sehingga semua orang punya waktu untuk mereka yang disayang. 
Saya, Angie dan Mimi,  kami bertiga dapat nomor urut 120. hufftt masih jauh dari hitungan, sedangkan waktu kunjung hanya sekitar 2 jam. Saat itu sudah jam 2 lewatan. Tapi beruntungnya keluarga Apri yang memang akhirnya menjadi akrab dengan teman-teman Apri kebetulan lewat dan mereka dapat nomor urut 29. Lucky us.. kita jadi masuk bersama-sama. 


Nah itu dia Apri. saya langsung kenal sosoknya walau jauh. hehe..


kami masuk kedalam aula serbaguna, sebelumnya melewati jejeran kursi-kursi panjang yang sudah penuh. Ada banyak bayi dan balita. Sekilas seperti sedang di rumah sakit.
Dalam aula itu sudah penuh dengan banyak pasangan-pasangan, ada keluarga, dan saya serta lainnya duduk ditengah. 


Kami membentuk lingkaran, yah berhubung jumlah kami saat itu agak banyak. Ada keluarga Apri, Disty dan juga kami teman-teman Apri.
Kami banyak bercerita, melihat hasil karya 2 teman kami ini. Mereka jadi terampil sekali rupanya. Hebat!!


Disaat yang sama tanpa sengaja pastilah mata ini menangkap pemandangan-pemandangan mesra. Mereka saling melepas rindu. Pasangan suami istri, pacaran sampai pasangan sejenis..
Mungkin inilah yang dinamakan bersama saat susah dan senang.
Ada satu pasangan yang menurut cerita Apri suaminya setiap hari datang menjengguk. Pagi dan Siang.
Wow.. jangan dilepas pria seperti ini. 


Ada juga yang masuk karna tukar kepala dengan ponakannya. 
Banyak ceritalah. Berbagai latar belakang. Tapi dengan inti yang sama. Mereka ada disana karena Narkoba. Entah yang benar-benar bandar atau hanya sedang sial.


Namun dari adegan melepas rindu para pasangan-pasangan ini, yang sedih ketika melihat seorang ibu yang dipenjara dan anak yang datang menjenguk.
Terlihat jelas rindunya sang ibu pada anak dan suaminya. Begitu juga sebaliknya.
Saya memandang ibu dan anak yang sedang asik saling menyuapi es krim. ooooo my God...ini lebih sedih dari film sedih. Mereka terlihat bahagia bertemu.


Mungkin karna saya pun sedang jauh dari adolf. Tapi ini jelas berbeda rasanya. Walau rindu itu tetap sama besarnya.


Saat kami sedang asik bercerita, seorang petugas masuk dan mengingatkan waktu kunjung sudah selesai. Ini jadi momment sedih buat semua disana. 
Berpisah lagi. 
Mereka saling berpelukan erat, berciuman, mengucapkan kata-kata manis dan menghibur, menciumi anaknya berkali-kali, memeluk anaknya dan menciuminya lagi. 
Bisa bener-bener nangis saya kalau seperti ini. Sedihnya sulit dijelaskan.
Kami juga sudah harus pamit pada Apri dan Disty, pelukan hangat yang diberikan Apri. Pelukan dengan banyak rasa. 


Sekali lagi kami bertemu dengan anak-anak yang menangis tak mau berpisah dengan ibunya.  Anak itu berharap bangun pagi dengan ibu disampingnya. Bukan setiap sabtu dan hanya 2 jam bisa mencium aroma tubuh ibu.


Saya berharap untuk tidak ada disituasi itu. Siapa juga yang pernah mau? Saya, mereka atau kalian tidak akan mau dikekang kebebasannya. Dengan melihat yang telah terjadi seharusnya jadi guru hebat untuk kita. 

Pastinya anak-anak mereka yang sedang disana lebih tahan mental diluar. Menghadapi pertanyaan teman-teman, orangtua pacar, calon pacar atau siapapun. Mereka pasti siap. Atau juga tidak. Kita tidak pernah tau. Kecewa, malu, rindu, sayang, marah, sebutkan saja segala rasa. Anak-anak  itu sudah tau semuanya.


Mulai saja berjanji pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Bukan hanya demi kita, tapi demi anak.


Seperti kata bocah pemeran Get the Gringo "You can get anything in El Pueblito except Escape"

Begitu juga di pondok bambu, walaupun tidak sevulgar El Pueblito tapi tetap satu nafas harapan...
BEBAS...

So, jangan sia-siakan kebebasan yang kita punya. Tidak semua orang punya itu.




Jakarta, 4 Agustus 2012















Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Beberapa sendok susu dengan sedikit kopi..

YES, IAM A LUCKY BASTARD!!

Jejaka-jejaka bercelana gantung yang Tuhan kirim