Jalan saja, Tuhan pasti tolong


Rote Timur, jumat 6 februari 2015



Hujan lebat menyambutku siang tadi, kapal mulai akrab dengan beton kokoh dilautan. Kapal berlabuh. perjalanan pertamaku ke pulau ti'i langga ini, semua serba tiba-tiba. Keputusan terbulat tanpa ragu-ragu. Entah mengapa tidak ada sedikitpun ketakutan untuk berkata 'ok, saya gabung'.
Trail putih menjemputku, menerobos hujan yang enggan berhenti walau sejenak. Basah, kuyup, sudah pasti, namun mata terbuai dengan hamparan hijau padang, hidung dimajakan aroma hujan..hmmmmm wangi rumput tak tergantikan.
1jam, sampai juga dirumah tempat kami tidur. 8 pasang mata mengawasiku melewati pintu. Rumah ini sedikit pengap, maklum saja jika hanya ada para lelaki disini. Aku melongo ke dalam kamar yang akan saya tempati, not so bad. Hanya berantakan dan tak terurus. Oke, sebaiknya mulai ganti baju dan berkenalan dengan jejaka-jejaka ini.
Seorang wanita muda datang dan berkenalan, namanya nita, dia juga salah satu calon pengajar bersama-sama aku nanti. Mulai saling cerita, ditemani kopi hitam manis dan sepiring sukun goreng. Menyenangkan.
Hari mulai sore, kami pergi ke lokasi sekolah dan terus melaju menuju pantai. Satu kata yang keluar adalah 'widiiiiihhhh'. Pasir putihnya seolah melambai memanggilku, 'heyyyy elta, kemari..letakkan kakimu di atasku'. Aku langsung membuka sendalku, menggantungnya bersama ranselku dan mulai berjalan pelan di antara butiran pasir yang dengan ramah mengijinkan kakiku terbenam didalamnya. Ku hirup dalam-dalam angin sore pantai Oesosole, membiarkan udara itu menguasai dadaku. Dua bocah tertawa riang di pelukan air jernih, menemani sang ibu yang sibuk menghamparkan untaian tali panjang dengan ikatan-ikatan kecil rumput laut. Perempuan tegap ini sedang mencari nafkah untuk keluarganya. Luar biasa.  Aku coba membantu, amatiran memang tapi setidaknya ini pengalaman baruku ikut terlibat budi daya rumput laut. Kami bermain-main sejenak, memanjakan kaki dan lutut yang sudah ikut basah. Terimakasih Tuhan untuk alam indah ini.
Ka john memanggil kami untuk kembali ke rumah, hari mulai gelap. Cahaya jingga perlahan pudar dari langit. Trail melaju menuju rumah. Hari pertama sangat mengesankan, masih ada hari kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Aku tetap saja berjalan, Tuhan sudah bawa ketempat ini, terserah Tuhan mau diapakan lagi aku. Yaahh seperti bejana yang siap dibentuk..aku ikut saja perintah Bos diatas

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Beberapa sendok susu dengan sedikit kopi..

YES, IAM A LUCKY BASTARD!!

Jejaka-jejaka bercelana gantung yang Tuhan kirim