Jejaka-jejaka bercelana gantung yang Tuhan kirim

Kramat Lontar. 
Jalanan berdebu.
Lalulalang kendaraan yang tidak pernah berhenti.
Hentakan mesin bajaj saat berusaha melewati undukan polisi tidur yang ada tepat didepan rumah saya.
Teriakan tetangga.
Sumpah serapah ibu pada anaknya yang terjebak dalam ruangan sempit penyewaan video game.
Pedagang keliling yang tanpa enggan berteriak di hampir setiap rumah. 
Terpaksa harus berteriak. Adu audio antara manusia dan mesin kendaraan kerap terjadi dijalan ini.

Pengamen dangdut yang selalu disangka tukang odong-odong oleh anak saya.
Ibu-ibu muda berbalutkan daster berkumpul sembari menyuapi anak yang bergoyang-goyang diatas odong-odong. Menu makan bisa berfariasi. Terbanyak nasi dicampur soup (lebih cepat ditelan, lebih banyak waktu gosip).
Saat mulai senja, tikus got sebesar kucing remaja mulai unjuk gigi. Saatnya menyebarkan tanda-tanda daerah kekuasaan.
Pedagang malam mulai naik panggung, teeeeeeeeeeee.....sateeeeeeeeeeee......kalau papa sedang datang berkunjung, pasti sate itu dibeli.

Orang-orang mulai ramai, makin malam makin ramai. 
Anak-anak kecil masih terdengar berlarian diluar. Dari suaranya..hmm...pasti tak jauh berbeda umurnya dengan Adolf.

Jakarta mulai sedikit ramah disore hari. 
Abu tak begitu berkuasa, tapi keheningan sangat teramat sulit untuk diperoleh.yahh..bukan masalah untuk saya.

Rumah kontrakan dengan 3 kamar tidur berbeda ukuran tiap kamarnya, 2 kamar mandi, dapur, car port, teras yang nyaman. Ketika orang membaca spesifikasi ini, pastilah terbayang rumah yang lebih besar dari rumah yang sekarang saya tempati.
hehe...its ok. 
Tidak besar dan tidak juga kecil..apa ya? sedang juga tidak. yah setidaknya adolf bisa berlari bolak balik  dari depan ke belakang. Mobilpun bisa parkir dengan aman.

Pernah sekali saat saya berkenalan dengan seorang gadis dalam sebuah casting iklan bayi, gadis itu bilang dia tinggal di Thamrin Residence. Dan ketika bertanya dimana saya tinggal, saya hanya jawab "kramat lontar".
Dia malah bingung dan bertanya, "nama apertemenya apa?", 
tanpa pikir saya jawab saja sekenanya
"Kramat Lontar Residence".
"O di situ" Cewek itu ngangguk-ngganguk. Dahi sedikit berkerut, tapi yah pura-pura tau aja.


Dalam perjalanan pulang, saya mikir lagi tentang cewe itu. Memangnya tadi saya tanya ya dia tinggal dimana?
Kok dia tiba-tiba bilang dia di Thamrin Residence?

Ah, biaring lah. Lagipula enakan tempat tinggal saya sekarang. Irama bajaj itu tak terkalahkan. 
Aksen betawi kental yang terdengar marah setiap saat, jadi hiburan tetap tiap pagi. Yoi dong, pas lagi pegel-pegelnya sama cucian yang aduhaii.. masih bisa ketawa denger si Mpo warung depan teriak-teriak.

Dan satu lagi yang tak kala penting, FPI persis sebelah rumah saya. Kenapa penting?
Begini, dalam satu tahun itu, hampir setiap rumah kecurian. Mobil lah, motor lah, apalah. Nah, rumah saya paling aman. 
Pasti amanlah, hampir setiap malam pemuda-pemuda Islam radikal ini kumpul-kumpul sampai subuh. 
Dan depan rumah saya otomatis jadi tongkrongan mereka juga.
Berisik sudah pasti. Tapi sisi positifnya, pencuri tidak berani masuk kerumah saya. Hehehe...

Kalau dipikir-pikir, cara Tuhan itu ajaib untuk menjaga kita dan apa yang kita miliki. Ya contohnya itu tadi. Jejaka-jejaka bercelana gantung yang kerap dianggap rusuh ternyata menjadi pelindung buat rumah kecil kami.

Dan ramai atau tidak lingkungan kita. Intinya dari nyenyak atau tidaknya kita tidur.

Thanks God, Kau begitu ajaib.



Jakarta, 25 November 2011
(kramat Lontar Residence)















Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Beberapa sendok susu dengan sedikit kopi..

YES, IAM A LUCKY BASTARD!!