KEMBAR SIAM YANG BERMUSUHAN

picture taken from google

Perlu 2 butir panadol buat menghilangkan sakit kepala saya. Itu juga cuma ngefek dalam 3 jam pertama. Sesudahnya, ya balik lagi sakit kepala. 


Entah karena sudah terbiasa atau terlalu sering, diri ini sepertinya sudah bisa mulai mengacuhkan rasa sakit yang keterlaluan. Kebanyakan diiringi mual hebat, dan beruntung jika sampai muntah. Tapi bila tidak, sakitnya akan terasa lebih lama.

Menurut orang, mungkin masuk angin. Mungkin juga. Saya termasuk orang yang senang menunda waktu makan. Faktor terlalu malas atau lupa jam jadi alasannya.
Sungguh tidak dapat dimaafkan memperlakukan perut dengan seenaknya. Tapi yah, namanya kebiasaan. Suka susah disingkirkan. 

Biasanya orang harus sampai sekarat baru tobat. 
Namun saat sembuh pasti kembali lagi pada kebiasaan buruk.

Manusia dan kebiasaan buruk, keduanya seperti dua saudara kembar siam yang menempel dengan satu jantung. Betapa sulitnya memisahkan keduanya. Perlu operasi besar dan resiko yang besar juga.
Kasus terbanyak pasti salah satunya harus mati.

Seorang yang berusaha menanggalkan kebiasaan buruknya akan mengalami "operasi besar" dalam kepalanya. Beratnya proses dan saling ketergantungan, jadi kendala terbesar. 


Seperti seorang anak laki-laki SMA yang selalu di ingatkan untuk meletakkan tas dan sepatu pada tempatnya. Salah siapa dia begitu sembarangan? Salah dia atau orangtua?
Itu bukan kebiasaan dia sejak kecil. Jangan harap dia terbiasa dengan itu. 
Saya termasuk orang yang sembarangan, sampai saat ini pun saya butuh lebih dari 1000 tekat untuk lebih tertib.


Terbiasa dengan hal-hal baik sejak dini. Sejak kapan? Dari kecil tentunya. Sungguh hal yang sulit saya lakukan. Saya masih terus memutar otak untuk menerapkan itu pada anak saya.
Ya itu perkara besar untuk saya yang sangat asal-asalan ini.


Selalu berusaha mengingatkan bocah 3 tahun ini untuk selalu meletakkan barang pada tempatnya. Padahal saya sering lupa menaruh sesuatu kembali. Maka bingunglah Adolf dimana harus diletakkan barang itu.


Hal-hal kecil tapi berdampak hingga dewasa. 

Tidak sedikit pasangan suami istri berpisah hanya karena hal-hal sepele seperti ini.
Hey, bagimana mungkin perkara barang tidak pada tempatnya menjadi sebuah perceraian?
Itulah yang banyak terjadi. Dan saya tidak wajib menjelaskan bagaimana semuanya bisa terkait. Saya masih terlalu awam dalam hal rumah tangga.

Lagipula bukannya setiap talkshow, Mario Teguh sering bicara tentang rumah tangga, percintaan, penguasaan diri bla bla bla?
Dengarkan saja itu. Dia lebih ahli. Saya tidak.
Meskipun apa yang dia bicarakan sebenarnya kita sudah tau. Tapi memang manusia selalu mencari pembenaran.

Well...well...daripada terlalu banyak berbual tentang kebiasaan, lebih baik saya biasakan untuk tidur lebih awal agar tidak terlalu lelah di hari berikutnya. 
Besok pagi harus selalu ada tekat baru untuk menendang jauh kebiasaan buruk. Tendangan yang tidak profesional pastinya, tapi setidaknya kebiasaan buruk itu agak terpental menjauh dari diri ini.


Demi saya dan apalagi anak saya. 
Karena saya mau dia jadi laki-laki yang selalu bertanggung jawab meletakkan kembali barang pada tempatnya. Dalam segala pengertian tentunya.

Give me five son!!!! 


Jakarta, 17 November 2011



Comments

Popular posts from this blog

Jejaka-jejaka bercelana gantung yang Tuhan kirim

Beberapa sendok susu dengan sedikit kopi..