MENIMBANG ISI KEPALA

"Pendeta bisa masuk neraka, saat pendeta  kasih roti  ke orang banyak, dia ambil setengahnya dan sisanya buat bagi2. Tapi penjahat yang tukang bunuh orang bisa masuk surga karena kalau kasih roti dia bagi sama rata buat semuanya termasuk dia..."



Ini kalimat hasil bincang ringan dengan salah satu kami punya bapa-bapa di kampung.
Kalimat yang lumayan bikin saya bertanya-tanya.
Yah ternyata semua itu tentang nilai yang mereka rangkum selama ini. Perihal sebuah situasi yang mungkin menurut penilaian mereka tidak seharusnya begitu.

Kami menangkap ada kekecewaan-kekecewaan kecil seperti embun yang terkumpul dan akhirnya mengeras. Dan menghasilkan letupan-letupan yang sebenarnya tidak perlu.

Ada banyak rasa sedih disitu..
sedih tidak di anggap dan di hampiri..
sedih tidak di pedulikan..

Mungkin karena hati terlanjur berharap namun ternyata jauh dari harapan.
Apalagi sudah pernah ada yang memberi dan menurut mereka terbaik. Susah memang jika terlanjur ada perbandingan.

Mungkin kita bisa dengan mudah bilang "sabar ya"
Tapi seberapa sering kita berbisik pada mereka agar tidak cepat emosi?
Bagaimana bisa berbisik?
paling tidak kepala dan kepala tidak terhalang jarak bukan?

Sulit memang jika bicara tentang nilai. Terlalu rancu dan abu-abu.
Padahal semuanya sama-sama masih makan nasi.

Dari semua obrol seru ini, satu kalimat pamungkas yang buat saya perlu di renungkan..
"Datang jangan cuma pas lagi mimpi, abis itu hilang"

Sudah pasti semua kekecewaan2 ini perlu di kikis perlahan dengan mulai lagi membangun kepercayaan... yah sering dekat saja dulu biar bisa di percaya kan?

Perhatikan saja bagaimana dengkuran mereka bernada pada kunci apa...hehe.. kita mungkin mulai bisa membaca bagaimana arah otak dan otot.

Pada dasarnya ukuran yang kita pakai ke orang akan di pakai juga pada kita... and the Bible said so!

well, mudah-mudahan tidak terjebak dalam cerita hidup yang dulunya kita anggap paling hina..

ciaao